source |
Halo semua!
Jadi harusnya hari ini Cilla ngepost review gincu.
Foto-fotonya lagi kuedit, draft posting sudah ada, tapi tiba-tiba aku kepikiran
untuk ngepost tentang hal ini. Berhubung ini sudah mulai bulan-bulan SBMPTN,
tes masuk universitas, tes masuk SMA dan lain-lain, dan pasti banyak orang yang
bingung memilih masa depan, so, aku mau mencoba sharing pengalamanku dulu saat
memutuskan memilih pendidikan.
Memilih pendidikan, terutama setelah kamu lulus
SMA/sederajat, adalah hal yang menakutkan, gue akuin. Kenapa? Karena kamu akan
memilih dimana kah kamu akan ‘terjebak’ for the rest of your life. Memang sih
banyak orang-orang yang setelah kuliah malah punya pekerjaan yang nggak
berhubungan dengan pendidikannya dia, tapi aku percaya kalau kuliah itu gak
Cuma membangun ilmu kamu tapi juga pola pikir, logika, dan skill kamu. Judulnya
sih sama saja kali ya dengan terjebak, hehehe.
Kalau kamu gamau melanjutkan pendidikan dan mau langsung kerja karena satu dan lain hal, it's okay too. Hidupmu nak, sak-sakmu.
![]() |
source |
Bagaimana sih caranya memilih pendidikan?
Yang pertama menurutku penting itu adalah, kamu mau lanjut
ke bidang apa. Mau ilmu alam atau ilmu sosial. Mau ilmu dasar atau ilmu
aplikatif. Mau tehnik atau ekonomi. Yang perlu kamu pikirkan adalah passion,
lapangan pekerjaan, dan restu orang tua. Yap, restu orang tua gak boleh
dilupakan guys.
Yang kedua, pilih jenjang pendidikannya. Ada beberapa
jenjang pendidikan yang bisa kamu pilih setelah SMA, yaitu S1, D4, D3, atau D1.
Ada beberapa pertimbangan tentang memilih jenjang, terutama di lama pendidikan
dan lapangan pekerjaannya. Pendidikan S1 nggak selalu lebih baik daripada D3
atau D4. Ataupun sebaliknya. Misalkan, pendidikan S1 pasti lebih lama karena
pendidikannya minimal 3.5 tahun, belum lagi menyelesaikan skripsinya yang
paling bikin pusing sejuta mahasiswa, beda dengan D3 atau D4 yang tugas ujian
akhirnya nggak seberat skripsi dan lama pendidikannya pun lebih cepat, bisa
hanya 3 tahun. Pendidikan D3 dan D4 juga lebih praktis dan bisa langsung
diaplikasikan dalam pekerjaan, meskipun lapangan pekerjaan dari gelarnya gak
seluas S1. Disesuaikan saja dengan diri kamu dan kebutuhan kamu, apakah kamu
mau yang pendidikannya lebih cepat dan langsung applicable, atau yang lebih
lama tapi lapangannya lebih luas.
Yang ketiga adalah lokasi. Meskipun tempat kuliah kamu
seringkali bukanlah pilihan pertama (kayak gue, wkwk), tapi boleh lah kamu
cari-cari tahu tentang kehidupan di tempat tersebut. Mulai dari kehidupan
perkuliahan, sarana prasarananya, tipe-tipe dosennya, reputasi kampusnya, dan
sebagainya.
.
Nah gue mau cerita dulu ini bagaimana ceritanya gue bisa
terjebak di perkuliahan ini.
.
.
(beware of the long post guys, Cilla mau ngedongeng dulu).
Jadi ceritanya, Cilla memang dari kecil pengen jadi dokter,
bukan paksaan orang tua atau hasil brainwash. Tulus, murni, pingin jadi dokter.
Gak tahu kenapa, pokoknya dari dulu kalo ditanya cita-citanya apa ya jadi
dokter.
Kayak iklan susu dancow yang dulu, “Cilla kalau gede mau
jadi apa?” “Dokteeeel. Bial bica nyembuh-nyembuhin teman-teman Cilla yang
sakiiiiiiit.” Tapi gue gak seimut itu. Yha.
Dulu waktu kecil gue sakit-sakitan. Bukan sakit berat sih,
Cuma memang gue dari kecil sering demam batuk pilek yang setelah belasan tahun
kemudian diketahui ternyata gue memang ada rhinitis vasomotor*. Dulu gue punya
dokter anak langganan yang baik dan super lovable, namanya dr.Tatang, Sp.A. Gue
gatau dokternya sekarang masih ada apa enggak, kerjanya dimana, tinggalnya
sudah pindah apa belum, tapi yang jelas kalo gue bisa ketemu lagi, gue mau
berterima kasih karena beliau sudah menjadi inspirasi terbesar gue untuk jadi
dokter.
*Rhinitis vasomotor = radang pada hidung yang disebabkan oleh perubahan lingkungan, kayak perubahan suhu, perubahan kelembaban, dll.
Mimpi gue sempat terhentikan waktu SMP karena nilai biologi
gue waktu SMP jelek. Gue gak ngerti banget dulu sama pelajaran biologi tanaman,
sel, gitu2 karena hapalannya kudu hapal mati, dan gue tipe anak yang
menghapalkan dengan logika (yang bentuknya pathway gitu gue akan jauh lebih
mudeng). Dan di SMA, sempet tergantikan pingin Kimia atau Tehnik Kimia karena
turns out gue suka kimia. Tapiiii dengan beberapa pertimbangan dan doa, gue
tetap memutuskan untuk mencoba kedokteran. Alasan utama gue ingin masuk
kedokteran cukup klise dan humanitarian banget sih, karena gue pengen bisa
nyembuhin orang sakit. Cerita dikit, nyokap gue meninggal 4 tahun yang lalu
karena kanker, dan itu juga jadi salah satu motivasi gue untuk jadi dokter.
Untungnya nyokap sudah sempet liat anaknya jadi mahasiswa kedokteran, sayangnya
belum sempet saja liat gue S.Ked dan (semoga segera) resmi jadi dokter.
Perjalanan gue buat masuk kedokteran itu penuh peluh
keringat dan air mata. Eaaaa hahaha kedengerannya lebay banget but it’s true.
Gue mulai dengan drama konflik gue dengan salah satu guru di
SMA, yaitu guru kimia gue. Buat yang satu SMA sama gue pasti ngerti lah yaaa
masalah apa yang dimaksud haha. Gue gak mau cerita tentang ‘masalah’ ini, tapi
pokoknya beliau memberikan nilai kimia gue di rapot yang merusak peluang gue
untuk daftar SNMPTN Undangan.
Jadi waktu tahun gue dulu, yang boleh daftar SNMPTN Undangan
(jalur masuk PTN tanpa tes) hanyalah orang-orang dengan peringkat nilai mata
pelajaran utamanya termasuk 50% pertama di semester 1-5. Sayangnya, gue nggak
masuk peringkat 50% pertama di semester 3 karena ‘masalah’ ini. Gue sudah drama
banget sampe mewek di sekolahan dan ditanyain sejuta teman-teman gue,”Gimana
Cil? Bisa daftar?” dan dibalas dengan muka iba. Ujian hidup nomor satu,
keadilan memang sulit ditegakkan :”)
Gue anaknya memang sangat pushy terhadap diri sendiri, dan
kalo sudah kecewa itu bisa sesedih itu sampe bisa nangis. Gue nangis karena
kecewa sama diri gue sendiri.
So, setelah kejadian ini, setelah peristiwa gue mewek-mewek,
gue memutuskan untuk menguatkan diri dan fokus untuk belajar lulus SMA dan
lulus SNMPTN. Karena gue sadar gue bukan anak super pinter yang peringkat 5
besar, tapi impian gue buat masuk kedokteran sangat besar, tapi gue gak mau
masuk universitas swasta dan gak mau keluar pulau jawa, jadi gue sadar harus berjuang
mati-matian. Gue gak mau masuk swasta karena gak tega sama orang tua gue buat
bayarin kuliah kedokteran swasta yang mahal, dan gak mau keluar pulau jawa
karena gak siap terlalu jauh dari rumah. Belajaaaar dan berdoaaaa mulu tiap
hari sampe teman-teman gue yang sudah dapet kuliah duluan pada kasian ngajakin
gue main hahah.
Cilla 5 tahun yang lalu (iya w udah tua). Masih polos. Masih imut. Disini senyumnya masih palsu karena belum dapet kuliah hahah. |
Ternyata ketabahan dan perjuangan gue masih harus
diperpanjang, karena gue gak diterima di SNMPTN Tulis. Akhirnya gue daftar
berbagai ujian mandiri universitas negeri di pulau jawa, hingga akhirnya gue
ditempatkan di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) di Solo, sebuah
universitas yang gue cuma pernah denger sekilas namanya, nggak tahu kayak apa
bentukannya, di kota yang gue nggak pernah menginjakkan kaki sama sekali.
Dari peristiwa jatuh bangun penuh peluh dan air mata ini,
gue belajar untuk tetap bakoh dan tabah dan semangat sampe akhir. Mungkin
inilah yang disebut dengan berjuang demi passion yha :”) Tentu gue dulu sering
sedih dan patah semangat kalo ngeliat teman-teman yang sudah dapet kuliah
duluan sudah bisa liburan, main-main, sementara gue masih ngendon di bimbel
dari jam 8 pagi sampe 4 sore dan makan buku.
Tuh kan gue jadi kepanjangan cerita tentang gue. Jadi salah
fokus deh.
Aku harap kalian-kalian yang lagi galau-galaunya bingung mau
lanjut kemana abis ini, kalian bisa mendapatkan sedikit hikmah dan pesan dari
cerita ini. Nggak ada jurusan yang lebih bagus dibandingkan jurusan lain, nggak
ada gelar yang lebih bagus dibandingkan gelar lain. Pilih sesuai dengan passion
kamu, skill kamu, dan kebutuhan kamu. Jangan paksain diri masuk psikologi kalau
kamu lebih suka ekonomi, atau jangan paksain diri kuliah sarjana kalau dengan
kuliah diploma saja kamu bisa dapetin kesempatan pekerjaan yang sama bagusnya. Jangan
paksain kuliah kedokteran kalo kamu nggak siap belajar seumur hidup dan sekolah
tanpa henti (ceritanya curhat).
Buat kamu yang masih bingung, perbanyak cari info tentang
pendidikan yang kamu minati dan kenali dirimu lebih dalam. Passion kamu,
keahlian kamu, cita-citamu, keterbatasan dan kelemahan kamu, dan jangan lupa
juga restu orang tuamu. Buat kamu yang sudah memantapkan hati, semoga kamu bisa
mendapatkan apa yang kamu inginkan dan semoga itu yang terbaik buat kamu.
Jangan lupa belajar dan berdoa gengss 😊
semangat buat semua yang berjuang buat pendidikan dan kehidupannya!
Gimana sih pendapat kalian tentang kegalauan memilih pendidikan ini? Yuk sharing pendapat dan pengalaman kalian di komentar di bawah ini!
Stay young and awesome,

3 komentar
Wahh menarik. Aku juga 1 tahun yang lalu snm dan sbmptn semuanya nggak lolos, terus ikut Ujian Mandiri berbagai universitas dari negri sampe swasta aku daftar macem2, alhamdulillah nyangkut di Undip:") itu pun lolosnya Ujian Mandiri gelombang 2.. yang gelombang 1 nggak lolos :") the struggle is real wkwkw yah panjang bgt komentar aku
BalasHapuskaniarda.blogspot.co.id
Hey there! This is my first visit to your blog! We are a collection of volunteers and starting a new project in a community in the same niche. Your blog provided us beneficial information to work on. You have done a outstanding job! paypal account login
BalasHapusI included every repayment option available, then tried out each one to determine the effects. mortgage calculator canada Saskatchewan doesn't charge a costly land transfer tax like a number of other provinces and territories. mortgage payment calculator canada
BalasHapusThank you for reading!
Silahkan tulis comment kamu dibawah ini! Rekomendasi, pertanyaan, feedback, atau follow gfc juga boleh. Please use your real name and e-mail. Spam comments will be block. Thank you!